Rabu, 01 November 2017

Corn is The Teacher of Life


"Corn is The Teacher of Life"



Dia memang kecil, dia memang mungil, bahkan dia hanya tercipta dari hal yang sangat kecil, keras pula dan tumbuh dibawah pijakan tanah. Ya sebut saja dia jagung, salah satu buah yang hidup tertimbun dibawah sana, banyak terinjak orang karna memang kau tak diketahuinya, karna memang sosokmu yang kecil dan keras seolah kerikil bebatuan.

Malang benar nasibmu, yaa.. memang malang nasibmu wahai jagung. Kalau saja bisa meminta pada sang Kuasa, Kuakan pinta dirimu untuk diagungkan. Bukan, bukan diagungkan untuk disombongkan bukan. Namun diagungkan untuk menghargainya. Dia kecil memang, dia keras memang, dia hidup dinjak injak memang semua itu benar  adanya.

Tapi, jika kau tau, sebenarnya dia adalah guru kami semua. Salah satu guru dalam kehidupan. Bagaimana tidak?? Dia tetap berbuah tersusun rapi butirannya, meski dinjak injak. Dia kuat meski tak satupun orang melindunginya. Dia sabar, untuk tumbuh besarpun hanya cukup  air yang mengalir, tapi yaaa… jika memang ingin tumbuh besar dengan hasil yang lebih baik barulah iya butuhkan pupuk sebagai nutrisinya,

Si kecil jagung itu, menunjukkan hidup dan  berpikir fleksibel. Dia  yang dibakar, menandakan bahwa hidup ini membutuhkan proses. Susunan tiap butirnya yang rapi menandakan gambaran orang yang berpikir positif, segalanya tersusun rapi.




Si kecil jagung itu bagai gambaran pemikiran kita, orang hidup. Dimana harus selalu dipelihara, disiram, dan di rabuk. Begitupun pikiran kita manusia, yang harus terus harus tumbuh dan berkembang. Jika dalam pemeliharaan ada yang kurang baik, pikiran kita pun akan berubah menjadi negatif. Agar terus baik dan baik, si kecil ini harus sterus digali terus dicangkul dirawat sedemikian rupa agar menghasilkan banyak buah.
Yaa… tak lebih kita pun demikian, harus selalu belajar belajar dan belajar mencari ilmu apapun agar terus bisa menjadi orang yang berilmu mengetahui banyak hal dan dapat membantu sesama.


Si kecil jagung itu bagai gambaran kita manusia yang belum mengerti apa-apa tenang hidup ini. Dia tumbum dibawah pijakan tanah ditutupi tanah, dan timbunan tanah itu ibarat masalah masalah yang datang menghampiri kehidupan kita manusia .

Si kecil jagung ini mirip layaknya cermin kita, kita tumbuh dengan sempurna baik secara emosi, spirit, social dan yang paling utama adalah secara fisik. Kita khususnya wanita jika terlalu berkompetisi memperjuangkan kebutuhan dan keinginan hidup pastilah dekat dengan yang namanya egoisme dan tumbuh kerdil karna terlalu berkompetisi, walaupun disisi lain kita juga tak bisa hidup sendirian. Ternyata hidup yang sempurna, adalah kehidupan yang perlu tatanan dan tuntunan.

Tanah yang menutupi benih jagung sama seperti masalah, kepelikan, beban hidup yang harus dipikul setiap insan manusia. Tanpa beban, tanpa adanya masalah, kita mungkin tidak merasa penting untuk memiliki cita-cita dan impian. Bahkan, cita-cita dan impian dengan begitu mudah akan terkubur bila tidak ada beban yang dipikul.

Yaa …sama seperti dia. Dia yang begitu gampang dimakan ayam apabila diletakkan saja di atas permukaan tanah. Impian hidup dan semangat akan menguap dan mati begitu saja bila kita manusia tak memikul kesulitan hidup, seperti dia  yang kering terpapar panasnya matahari. Kita membutuhkan sebuah tantangan hidup supaya kita tetap memperoleh inspirasi. Karena inspirasi adalah nyala api yang membakar semangat dan motivasi kita setiap insan hidup.


Dia, dia berbuah hanya sekali. Hal ini mengajarkan kita untuk selalu berfikir positif. Dia juga tidak bercabang,. Hal ini mengajarkan kita berpikir positif untuk meningkatkan tingkat kepuasan jiwa dan perasaan bahagia. Jika kita  selalu berfikir positif, kita bisa menikmati hidup lebih baik, lebih terang lebing ringan seolah tak ada beban menghampiri . Selain itu kita akan selalu bersyukur atas apa yang kita dapat baik pelajaran ataupun hasil materi dalam kehidupan sehari-hari. Dan dengan berpikiran positif kita meningkatkan kualitas interaksi dengan sesama insan manusia.


Yaa… itulah kita manusia, yang harus hidup dengan penuh syukur, hidup untuk terus belajar, hidup untuk terus menganalisa dari pengalaman yang sudah dilewati, hidup untuk terus menggali memperbaiki semua hal agar menghasilkan benih atau manusia yang bisa bermanfaat bagi orang banyak, bagi lingkungan sekitar. Seolah sebagai pelangi rantai, bisa memberikan warna indah dan terus bekerja sama saling mengikat satu sama lain.

Yaa.. itulah si kecil
Yaa.. itulah dia yang ada sebagai guru untuk manusia.


-Nursa’v3-
Share:

0 komentar:

Posting Komentar