"A Book with Another Story"
Yaa… mungkin itulah judul yg tepat kuberikan dalam postinganku ini,
aku tak pandai dalam berkata, akupun tak pandai dalam mengungkapkan rasa,
bahkan akupun enggan untuk membaca. Namun satu yang kuyakini, ketika ada
kemauan untuk mendengarkan saja meski hanya kicauan burung, ku yakin akan
dapati sebuah pelajaran hidup.
Aku tak suka membaca, tapi aku suka mendengarkan bahkan menganalisis
cerita yang banyak kudengar dan kulihat. Membaca menurutku satu hal kegiatan yang
menuntut kita harus diam tanpa kata, diam focus melihat barisan huruf yang
terjajar rapi, baris demi baris bagai petakan sawah dihamparan luas.
Aku takut untuk membaca, meski memang membaca adalah kunci dunia. Aku takut
membaca membuatku terlena olehnya. Aku takut membaca membuatku terjerat dalam
tulisan maknanya. Aku takut membaca membuatku pilu terus dan terus, enggan
untuk bergerak, enggan untuk bangkit dan bahkan melirik sekitarpun tak mau.
Namun pada suatu waktu, aku termenung diam tanpa kata, aku termenung
diam tanpa gerak, aku termenung diam tanpa senyum. Seorang lelakipun mendekat
padaku, entah apa yang dia fikir ketika melihatku. Disana aku masih diam seolah
tak merespon seseorang yang datang. Lelaki itu mencoba mengalihkan
perthatianku, tanda mengetuk ruang piluku.
Aku coba tuk dengarkan apa tujuannya. Terdiam kembali aku saat itu,
bingung rasanya, aneh rasanya. Tiba seorang datang memberikan sebuah buku itu
aku tak paham maksud dirinya, aku tak mengerti apa tujuannya. Yang bisa
kulakukan saat itu hanya diam dan masih tak percaya, apa maksudnya menghampiri
dan memberikan sebuah buku itu ??.
Beberapa saat ku mulai pecah dalam piluku. Beberapa saat ku mulai
berkata, tanda merespon ketukannya pada ruang piluku tadi. “Apa maksud kau
disini wahai gerangan??”, satu kalimat awal yang terlontar dalam bibirku. Tak panjang
dia menjawab, hanya satu kata bahkan dia menjawab. Yaa.. dia hanya menjawab “bacalah”
dengan nada yang dingin dan pandang tak menatap.
Aku makin bingung, apa maksud dia menghampiri dan memberikan sebuah
buku, tanda mengetuk ruang pilu, memecah perhatianku. Jika hanya berucap satu
kata dan pandang tak menatap. Aku masih tertegun dibuatnya, apalagi saat
membaca cover buku yang dia berikan. Aku mulai membuka topic kembali, “untuk
apa kau suruh aku membaca buku ini??”, aku tak suka baca aku suka menganalisis,
tak mungkin ku baca buku setebal ini, sekarang aku hanya ingin sendiri menyepi
melihat mentari bersinar dan burung berterbangan.
Dia , yaa… dia mulai menoleh ke arahku seraya berkata “aku pernah ada
diposisimu, dan aku tau cara mengembalikannya”. Suaraku mulai meninggi satu
space “hey, kau tak tahu tentang aku. Tak usahlah kau berpura merasakan hal
yang kurasa, kau tak akan tahu semua ini!” ujar ku sangat cepat dan memalingkan
muka.
Dia, dia tidak memaksaku untuk membaca buku itu, tapi satu kalimat
yang terakhir dia katakan sebelum dia pergi dari tempatku berpijak “terserah
kau saja, aku hanya ingin membantu karna kutahu rasa itu harus dihilangkan. Dan
jika kau bertanya darimana ku tahu tentangmu, bukan aku yang mencari tahu
tentangmu apalagi orang lain bercerita tentangmu padaku, bukan.. bukan karna
itu.
Akau tahu karna aku sudah mengalaminya. Aku tahu karna aku sudah
merasakannya. Aku tahu aku sudah lama dalam fase ketidak seimbanganku dalam
rasa. Aku tahu semua ini harus segera diakhiri, karna ini bahaya, karna ini
menjerat hati untuk tidak berhati, karna ini mengura fikir untuk tidak jernih.
Dan satu yang ku tahu dengan jelas, aku melihat tatapan yang begitu
polos pilu namun berisi penuh kisah yang sangat menyayat hati. Penuh pertanyaan
ketidakpercayaan namun memang tak mungkin untuk ditanyakan. Aku melihat sendumu
dalam hembusan nafasmu. Aku melihat gerakmu tak lagi gerak seperti dirimu, atau
mungkin memang kau sedang keluar dari jiwa aslimu.
Tak banyak yang kufikir saat itu, aku hanya bisa diam kembali dan
merenung sendiri. Bertanya pada jejak, apakah aku salah ??, apakah aku bodoh??,
apakah aku memang harus pergi, meninggalkan semuanya??. Tak terasa tetesan air
asin pun jatuh dipipiku, tetes tetes basah ku abaikan tanda menguatkan hati. Namun
apa daya?? Air asin itu tak mau berhenti, malah makin deras.
Aku rapuh, aku sakit, aku lemah. Aku bagai jeruk manis yang segar lalu
diperas diambil sarinya . Aku hampa, aku kecil tak berguna. Inginkan teriak
pada dunia, menceritakan isi hati yang bergejolak. Aku ingin marah, namun marah
pada siapa ??. Aku ingin menangis, namun menangis untuk apa??. Aku ingin
bersandar, namun bersandar pada siapa ??. aku sendiri. Dia meningalkanku
terdampar bagai hiu di laut biru. Dia memeras batin ini, hingga seolah kutak
mempunyai rasa kembali.
Satu yang dia titip dalam diri ini, ya.. kata manis. Manis bagai madu,
madu yang dikerumuni semut kecil, madu yang dikagumi banyak makhluk. Jika madu
itu hanya tersurat saja aku mungkin tak akan sepeerti ini. Tapi kau yang mulai
semua ini, kau yang buat madu itu, menghantarkannya padaku. Kau buatku
membangun wadah cantik untuk madu itu. Kau isi perlahan wadah itu dengan
madumu.
Tapi, sayang beribu saying langkahmu tak semanis madumu. Kau hanya
mengisinya saja, kau hanya ikut menaruh sebentar madumu dalam wadahku. Kau jahat!!!.Kau
tega!!! Bisa bisanya kau bertingkah seperti ini pada sosok wanita. Apakah kau
tak mempunyai ibu??, apakah kau tak mempunyai saudara perempuan??, ataukah kau
beerfikir untuk tidak memiliki anak perempuan kelak nanti ??. Sehingga saat ini
kau dengan bebasnya menggambar sesuka hatimu pada lembar hati perempuan, menyimpan sebentar goresan sketsamu pada
lembar itu.
Tapi sudahlah, gerak siapapun Tuhan pasti melihat.
Tapi sudahlah, bisikan hati siapapun Tuhan dengar.
Yang kupercayai saat ini, Tuhan selalu sayang pada umatnya,
Yang kupercayai saat ini, Tuhan tidak akan Cuma Cuma memberikan kejadian
Yang kupercayai saat ini, Tuhan memberikan hikmah cantik dan pelajaran hidup
yang berharga tak terkira.
Ya.. buku itu, buku itu
menguatkanku, membuatku yakin aku harus bangkit dalam kisah lama.
Ya.. buku
itu, buku itu mulai membuatku beda, membuatku Nampak percaya akan diri sendiri
Ya..buku itu, buku itu mulai mewarnai bak pikiranku, mengisi relung jiwaku yang
tengah sengaja ku kosongkan.
-Nursa'v3-