Rabu, 01 November 2017

Sampai Jumpa


"Sampai Jumpa"


Datang akan pergi
Lewat kan berlalu
Ada kan tiada
Bertemu akan berpisah

Awal kan berakhir
Terbit kan tenggelam
Pasang akan surut
Bertemu akan berpisah

Heii Sampai jumpa dilain hari
Untuk kita Bertemu lagi
Ku relakan dirimu pergi

Meskipun Ku tak siap untuk merindu
Ku tak siap Tanpa dirimu
Ku harap terbaik untukmu

Datang akan pergi
Lewat kan berlalu
Ada kan tiada
Bertemu akan berpisah

Awal kan berakhir
Terbit kan tenggelam
Pasang akan surut
Bertemu akan berpisah

Heii Sampai jumpa dilain hari
Untuk kita Bertemu lagi
Ku relakan dirimu pergi

Meskipun Ku tak siap untuk merindu
Ku tak siap Tanpa dirimu
Ku harap terbaik untukmu

Heii Sampai jumpa dilain hari
Untuk kita Bertemu lagi
Ku relakan dirimu pergi

Meskipun Ku tak siap untuk merindu
Ku tak siap Tanpa dirimu
Ku harap terbaik untukmu


-Nursa'v3-
Share:
Continue Reading →

Secangkir Teh Hangat, Semanis Madu



"Secangkir Teh Hangat, Semanis Madu "




Pagi yang dingin ini, seperti biasa.. secangkir teh madu hangat itu menyambut ku..
Uap yang mengepul diatasnya melambaikan kehangatan yang tiada terkira..
Tapi ternyata ada yang berbeda ketika tangan ku menyentuh sudut cangkirnya..

Kehangatan yang melebihi biasanya.
Ku nikmati sentuhan jemari ku di dinding luar cangkir..
Mata ku masih terpaku memandang jelas ke dalam dasar cangkir..
Apa yang terjadi?

Tapi ku menemukan jawabannya di sudut hatiku..
Secangkir teh ini memang biasa ku nikmati setiap mengawali hari..
Kepenatan, keengganan dan perasaan negatif sedikit berkurang..
Karena ku mau menikmati hari dengan senyuman bahagia..

Tak ku sangka, pagi ini secangkir teh ini menguatkan ku..
Padahal hampir saja ku hentikan rasa ini, karena tak percaya lagi pada secangkir minuman berwarna gelap ini..

Ternyata kehadirannya kini dikuatkan dengan senyum pemberinya yang lama ku rindu..
Senyum dan secangkir teh manis hangat adalah kombinasi yang cantik..

Hati ku tak hanya berbunga, tapi juga berwarna..
Derai tawa yang ku cari selama ini ada padanya..

Barisan gigi yang rapi ditambah satu gigi yang memaksa tumbuh..
Ku sebut itu gingsul termanis, dan semakin manis saat meminum secangkir teh yang diseduhnya..

Aku terpesona dengan rasa ini, dia jadi jawaban air mata ku kemarin..
Meyakinkan ku memang pantas menggenggamnya sebagai bintang biru..
Tak sekedar memandangnya dari kejauhan dan dalam sepi..
Ku bisa menari di tiap pijakan kaki ku karenanya..

Saat mengingat secangkir teh itu aku merasa cantik..
Semakin ku pandangi, semakin manis dan hangat..
Aku menikmati tanpa ketagihan, karena dia tahu kapan harus memaniskan kapan harus menghangatkan..
Dia pesona di antara gemintang yang tersenyum memandang saat bercengkrama dan tertawa..

Di balik pepohonan kembar, kita menembus malam..
Karena enggan beranjak dari rinai bahagia ini..
Aku hanya ingin duduk menengahi kerlip bintang..
Menyulam bersama nyanyian alam dan tarian detik..
Cukup duduk disamping ku, kita kembali saling memintal pinta pada sang Maha..
Merangkai mimpi bersama, bunga surga yang indahnya menembus cakrawala dan wangi ke dalam sukma..

Hatiku hanya ingin terjaga untuk secangkir teh manis hangat yang selalu menjaga manis dan hangatnya untuk kebaikan..
Terima kasih telah memaniskan dan menghangatkan hati ku yang nyaris dingin..
Secangkir teh hangat, semanis madu di sudut kamar...


-Nursa'v3-



Share:
Continue Reading →

A Book with Another Story



"A Book with Another Story"

Yaa… mungkin itulah judul yg tepat kuberikan dalam postinganku ini, aku tak pandai dalam berkata, akupun tak pandai dalam mengungkapkan rasa, bahkan akupun enggan untuk membaca. Namun satu yang kuyakini, ketika ada kemauan untuk mendengarkan saja meski hanya kicauan burung, ku yakin akan dapati sebuah pelajaran hidup.
Aku tak suka membaca, tapi aku suka mendengarkan bahkan menganalisis cerita yang banyak kudengar dan kulihat. Membaca menurutku satu hal kegiatan yang menuntut kita harus diam tanpa kata, diam focus melihat barisan huruf yang terjajar rapi, baris demi baris bagai petakan sawah dihamparan luas.
Aku takut untuk membaca, meski memang membaca adalah kunci dunia. Aku takut membaca membuatku terlena olehnya. Aku takut membaca membuatku terjerat dalam tulisan maknanya. Aku takut membaca membuatku pilu terus dan terus, enggan untuk bergerak, enggan untuk bangkit dan bahkan melirik sekitarpun tak mau.
Namun pada suatu waktu, aku termenung diam tanpa kata, aku termenung diam tanpa gerak, aku termenung diam tanpa senyum. Seorang lelakipun mendekat padaku, entah apa yang dia fikir ketika melihatku. Disana aku masih diam seolah tak merespon seseorang yang datang. Lelaki itu mencoba mengalihkan perthatianku, tanda mengetuk ruang piluku.
Aku coba tuk dengarkan apa tujuannya. Terdiam kembali aku saat itu, bingung rasanya, aneh rasanya. Tiba seorang datang memberikan sebuah buku itu aku tak paham maksud dirinya, aku tak mengerti apa tujuannya. Yang bisa kulakukan saat itu hanya diam dan masih tak percaya, apa maksudnya menghampiri dan memberikan sebuah buku itu ??.


Beberapa saat ku mulai pecah dalam piluku. Beberapa saat ku mulai berkata, tanda merespon ketukannya pada ruang piluku tadi. “Apa maksud kau disini wahai gerangan??”, satu kalimat awal yang terlontar dalam bibirku. Tak panjang dia menjawab, hanya satu kata bahkan dia menjawab. Yaa.. dia hanya menjawab “bacalah” dengan nada yang dingin dan pandang tak menatap.
Aku makin bingung, apa maksud dia menghampiri dan memberikan sebuah buku, tanda mengetuk ruang pilu, memecah perhatianku. Jika hanya berucap satu kata dan pandang tak menatap. Aku masih tertegun dibuatnya, apalagi saat membaca cover buku yang dia berikan. Aku mulai membuka topic kembali, “untuk apa kau suruh aku membaca buku ini??”, aku tak suka baca aku suka menganalisis, tak mungkin ku baca buku setebal ini, sekarang aku hanya ingin sendiri menyepi melihat mentari bersinar dan burung berterbangan.
Dia , yaa… dia mulai menoleh ke arahku seraya berkata “aku pernah ada diposisimu, dan aku tau cara mengembalikannya”. Suaraku mulai meninggi satu space “hey, kau tak tahu tentang aku. Tak usahlah kau berpura merasakan hal yang kurasa, kau tak akan tahu semua ini!” ujar ku sangat cepat dan memalingkan muka.
Dia, dia tidak memaksaku untuk membaca buku itu, tapi satu kalimat yang terakhir dia katakan sebelum dia pergi dari tempatku berpijak “terserah kau saja, aku hanya ingin membantu karna kutahu rasa itu harus dihilangkan. Dan jika kau bertanya darimana ku tahu tentangmu, bukan aku yang mencari tahu tentangmu apalagi orang lain bercerita tentangmu padaku, bukan.. bukan karna itu.
Akau tahu karna aku sudah mengalaminya. Aku tahu karna aku sudah merasakannya. Aku tahu aku sudah lama dalam fase ketidak seimbanganku dalam rasa. Aku tahu semua ini harus segera diakhiri, karna ini bahaya, karna ini menjerat hati untuk tidak berhati, karna ini mengura fikir untuk tidak jernih.
Dan satu yang ku tahu dengan jelas, aku melihat tatapan yang begitu polos pilu namun berisi penuh kisah yang sangat menyayat hati. Penuh pertanyaan ketidakpercayaan namun memang tak mungkin untuk ditanyakan. Aku melihat sendumu dalam hembusan nafasmu. Aku melihat gerakmu tak lagi gerak seperti dirimu, atau mungkin memang kau sedang keluar dari jiwa aslimu.
Tak banyak yang kufikir saat itu, aku hanya bisa diam kembali dan merenung sendiri. Bertanya pada jejak, apakah aku salah ??, apakah aku bodoh??, apakah aku memang harus pergi, meninggalkan semuanya??. Tak terasa tetesan air asin pun jatuh dipipiku, tetes tetes basah ku abaikan tanda menguatkan hati. Namun apa daya?? Air asin itu tak mau berhenti, malah makin deras.
Aku rapuh, aku sakit, aku lemah. Aku bagai jeruk manis yang segar lalu diperas diambil sarinya . Aku hampa, aku kecil tak berguna. Inginkan teriak pada dunia, menceritakan isi hati yang bergejolak. Aku ingin marah, namun marah pada siapa ??. Aku ingin menangis, namun menangis untuk apa??. Aku ingin bersandar, namun bersandar pada siapa ??. aku sendiri. Dia meningalkanku terdampar bagai hiu di laut biru. Dia memeras batin ini, hingga seolah kutak mempunyai rasa kembali.
Satu yang dia titip dalam diri ini, ya.. kata manis. Manis bagai madu, madu yang dikerumuni semut kecil, madu yang dikagumi banyak makhluk. Jika madu itu hanya tersurat saja aku mungkin tak akan sepeerti ini. Tapi kau yang mulai semua ini, kau yang buat madu itu, menghantarkannya padaku. Kau buatku membangun wadah cantik untuk madu itu. Kau isi perlahan wadah itu dengan madumu.
Tapi, sayang beribu saying langkahmu tak semanis madumu. Kau hanya mengisinya saja, kau hanya ikut menaruh sebentar madumu dalam wadahku. Kau jahat!!!.Kau tega!!! Bisa bisanya kau bertingkah seperti ini pada sosok wanita. Apakah kau tak mempunyai ibu??, apakah kau tak mempunyai saudara perempuan??, ataukah kau beerfikir untuk tidak memiliki anak perempuan kelak nanti ??. Sehingga saat ini kau dengan bebasnya menggambar sesuka hatimu pada lembar hati perempuan,  menyimpan sebentar goresan sketsamu pada lembar itu. 


Tapi sudahlah, gerak siapapun Tuhan pasti melihat.
Tapi sudahlah, bisikan hati siapapun Tuhan dengar.
Yang kupercayai saat ini, Tuhan selalu sayang pada umatnya,
Yang kupercayai saat ini, Tuhan tidak akan Cuma Cuma memberikan kejadian
Yang kupercayai saat ini, Tuhan memberikan hikmah cantik dan pelajaran hidup yang berharga tak terkira. 

Ya.. buku itu, buku itu menguatkanku, membuatku yakin aku harus bangkit dalam kisah lama.
Ya.. buku itu, buku itu mulai membuatku beda, membuatku Nampak percaya akan diri sendiri
Ya..buku itu, buku itu mulai mewarnai bak pikiranku, mengisi relung jiwaku yang tengah sengaja ku kosongkan.



-Nursa'v3-
Share:
Continue Reading →

Ritme Hati



"Ritme Hati"


Terkadang dalam diam pun selalu terlintas untuk merencanakan sesuatu
Terkadang dalam penantian pun selalu terlintas ingin segera menjemput
Tapi... kembali lagi, manusia hanya bisa berencana karna semua hanya akan terwujud oleh KehendakNya

Biarlah, Biarlah sendiri dalam potret
Biarlah, Biarlah sepi dalam bingkai
Biarlah, biarlah menanti dalam diam

Meski, meski gemuruh hati terkadang meluap
Meski, meski gejolak emosi ikut bergerak
Meski, meski riuh angin sulit hapuskan amarah

Asalkan kita,
Kita mampu hangatkan dalam ucap
Kita mampu hangatkan dalam hati
Kita mampu hangatkan dalam jiwa

Berhenti, berhentilah mengelak!
Berhenti, berhentilah merengek!
Berhenti, berhentilah mengejar!

Ketika semua sudah tak lagi hangat
Ketika semua sudah tak lagi bersinar
Ketika semua sudah tak lagi bersama

Menjauh, menjauh demi angannya
Pergi, pergi bersama mimpinya
Hilang, hilang bersama kenangannya

Cukuplah syair hangatkan jiwa
Cukuplah pengaduan diri tenangkan hati
Cukuplah rintihan malam pengobat lara

Biaskan semua duka lara padaNya
Biaskan iri hati pada mahklukNya
Biaskan rasa sendu pada kuasaNya

Kita kuat, karna percaya selalu ada yang menguatkan
Kita bisa, karna yakin selalu ada yang membantu
Kita berhasil, karna percaya dan yakin sepenuh hati,
Bahwa kita bersamaNya dan bersama orang yang tulus
Saling memberikan kasih untuk membentuk kisah dijalanNya.



-Nursa’v3-
Share:
Continue Reading →